Joe Biden Theme Song

screen shot from twitter 


Part of this article already appear on my other blog in Kompasiana. 


I'm not gonna blame, put the blame on nobody
I'm just gonna look, gonna look in the mirror
And start there

I'm gonna be the change
I'm gonna start with my heart
I'm gonna be the light, be that light, my own light
That lights my way through the dark
I'm gonna see that day, change is gonna find me
But it's up to me, up to me, all on me
To make that change inside me
So I'm gonna be the change, change, change

JoJo -- Change


Dengan makin merebaknya pandemi Covid di Amerika Serikat, beberapa mata acara yang secara tradisional selalu ada dalam prosesi pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden ke 46, terpaksa harus dimodifikasi.  Salah satunya adalah pesta parade.  Untuk mengobati kekecewaan para pendukung dan buzzer setia,  Panitia inaugurasi menggantinya dengan merilis 'play list' dari berbagai artis kenamaan.  

Dengan demikian Panitia berharap para pendukung dan buzzer setia dapat menikmatinya di rumah masing-masing.  Pelantikan tersebut juga ditayangkan secara Nasional dalam acara yang bertajuk 'Celebrating America' dengan pembawa acara Tom Hanks,  dan menampilkan artis pendukung seperti, Jon Bon Jovi,  Demi Lovato, Justin Timberlake dan Ant Clemons 

Dalam 'play list' berirama 'upbeat' tersebut antara lain :

Beyonce 'Find Your Way Back', 

Bill Wither 'Lovely Day'

Dua Lipa 'Levitating

Led Zeppelin 'Fool in the rain'

Stevie Wonder 'Uptight (Everything's Alright) 

SZA 'Good Days'

Kendrick Lamar 'Now or Never'.  Dan beberapa lagu lain. 

Tidak ketinggalan pula lagu-lagu yang digunakan dalam kampanye seperti :

Bruce Springsteen 'We Take Care Of Our Own' dan Whitney Houston feat. Kygo 'Higher Love'

Mengenai lagu kampanye, saya pernah mengulasnya dalam blog saya yang lain. Berikut ulasan tersebut yang tayang dua hari sebelum pemilihan :


Pemilu Presiden AS akan tiba di hari pamungkas pada tanggal 3 November, dua hari lagi. Siapakah yang bakal keluar sebagai pemenang? Banyak pihak mencoba memprediksinya. 

Salah satunya adalah Profesor Sejarah Allan Lichtman.  Sejak  pemilu 1984 (yang memenangkan Ronald Reagan untuk periode kedua), Beliau selalu tepat memberikan prediksi pemenangnya. Bahkan pada pemilu 2016, ketika hampir semua poolster memprediksi kemenangan Hillary Clinton karena selalu gemilang menekuk Trump dalam cara debat Presiden, Beliau justru memprediksi Trump yang akan memenangi pemilu.

Guru Besar Kehormatan di Universitas Amerika (www.american.edu) ini mempunyai metoda yang  didasarkan pada penelitian panjang rekam jejak pemilu hingga 120 tahun kebelakang.  Dia bersama ahli peneliti gempa Rusia Vladimir Keilis-Borok, menyimpulkan, bukanlah hasil debat, atau gegap gempitanya raly-raly kampanye yang menentukan pemenang pemilu. Menurut mereka ada 13 indikator yang menentukan, antara lain : hasil pemilu sela, kondisi eknomi jangka pendek maupun jangka panjang, kerusuhan sosial, skandal, kebijakan luar negeri & militer, serta kharisma, dll.

Berikutnya adalah penggembira tetap di setiap pemilu dimanapun, yaitu Lembaga Survey/Pollster.  Dengan menggunakan metoda statistika, mereka umumnya mengklaim prediksinya akurat secara ilmiah/scientific.  Namun mereka selalu memberi disclaimer "jika pemilu dilakukan hari ini" sehingga apabila hasilnya berbeda, mereka cukup berlindung dengan disclaimer tersebut. Aman.

Tidak pula ketinggalan,
atmosfer ajang prediksi juga diramaikan oleh kepiawaian hewan-hewan dalam menjatuhkan pilihannya.  Jika beberapa tahun lalu ada tupai Gnocchi yang secara tepat memprediksi hasil dari 3 pemilu, maka sejak Ia wafat (karena usia tua), saat ini tugas tersebut dilanjutkan oleh anaknya yang bernama ChrisChris. Ini menginspirasi saya untuk menjajal kemampuan kucing kampung dirumah memprediksi pemenang pemilu.

Sekedar untuk meramaikan khazanah dunia 'perdukunan' pemilu, prediksi yang tidak konvensional dapat dilakukan dengan menganalisa Lagu Tema (theme/anthem song) yang diusung oleh masing-masing kandidat. Dasar pemikirannya adalah lagu-tema ini menyentuh emosi dari para pemilih. Mestinya semakin baik dan populer lagu tersebut menggerakkan emosi para pemilih, maka diharapkan semakin banyak dukungan yang terealiasi dalam perolehan suara.  Namun sebenarnya di balik semua istilah yang mentereng itu, metode ini tidak lain adalah cocoklogi.   Karena pada akhirnya penggunaan lagu-tema hanyalah salah satu variabel dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi.

Ambil contoh lagu Fight Song dari Rachel Platten yang  pesannya sangat menyentuh dan inspiratif, selain enak didengar.  Pada Pemilu 2016, lagu ini digunakan sebagai salah satu lagu tema dari kubu Hillary Clinton (Lagu yang lain adalah Brave dari Sarah Bareilles dan Roar dari Katty Perry).  Saking populernya lagu ini sering dipilih oleh kontestan ajang pencarian bakat. Ketika lagu ini dibawakan oleh Calysta Bevier, seorang remaja penyintas kanker ovarium stadium 2, dalam ajang 'America Got Tallent 2016' dia membawakannya dengan di bumbui banyak 'bawang' (membuat haru).

Sedangkan saat itu kubu Trump menggunakan (tanpa ijin) lagu tema dari Rolling Stone 'You Can't Always Get What You Want'.  Sebenarnya lagu ini digunakan Trump untuk menyindir Partai Republik, karena pada saat konvensi, Trump merupakan kandidat yang kurang disukai dan diinginkan oleh beberapa kalangan didalam partai itu sendiri.  Padahal aslinya, Rolling stone menyanyikan lagu ini untuk menceritakan fenomena maraknya pemakaian heroin dan obat-obatan dalam kehidupan band tahun 70an.

Menurut beberapa sumber, sebenarnya untuk tahun 2020 Trump menginginkan kembali menggunakan lagu 'You Can't Always Get What You want'. Akan tetapi kali ini pihak Rolling Stones tampaknya secara tegas tidak mengijinkan  dan menolak memberi lisensi untuk penggunaannya. 

Walhasil, secara pragmatis, kubu Trump-Pence menjatuhkan piilihannya pada lagu YMCA dari group band Village People.  Lagu ini sangat populer baik saat peluncurannya maupun hingga kini.  Lagu dengan beat disko ini memang asik untuk dipakai goyang, tetapi banyak kontroversi di balik lagu ini yang sebenarnya bertentangan dengan nuansa dari kubu Trump-Pence.

Music video dari lagu ini, yang menampilkan icon gestur tangan membentuk huruf YMCA, bernuansa LGBT dan mendukung kaum kulit berwarna.  Dua hal yang sebelum pemilu merupakan sesuatu yang tidak sekali (nggak banget) bagi Trump.

Bagaimana dengan Joe Biden?  Saat konvensi partai Demokrat, Joe Biden menggunakan lagu Bruce Springsteen - We Take Care of Our Own (Wherever This Flag is Flown), yang sebelumnya pernah dipakai oleh Obama ketika menang Pemilu 2012.  Lagu rock balad yang bernuansa optimis pada refrain (meskipun bernuansa pesimis pada pembukaannya), memberikan pesan kepada tiap-tiap individu untuk mengambil kontrol atas kehidupan mereka sendiri, dan tidak bergantung pada upaya pemeritah.   Hal ini menggambarkan situasi ketika terjadi tragedi kemanusiaan akibat badai Katrina.

Sementara Kamala Harris saat Konvensi Partai Demokrat menggunakan lagu dari Marry J Blige - Work That.  Lagu yang bergenre hip hop soul memberi pesan yang sangat kuat  tentang kemandirian kaum wanita.  Ini merupakan bentuk pernyataan tegas Kamala Harris, sebagai warga Amerika kulit berwarna yang merupakan keturunan dari Ibu berdarah India dan Ayah bedarah Jamaika.

Dengan kolaborasi Joe Biden dan Kamala Harris, pada awal Oktober atau 32 hari sebelum tanggal 3 November, mereka meluncurkan lagu tema baru dari JoJo yaitu Change.  Lagu bergenre pop dengan tempo awal lambat kemudian ditengah menjadi bertenaga, diharapkan dapat menginspirasi dan menggerakkan orang-orang, terutama pendukung kubu Demokrat, untuk tidak malas mendatangi tempat-tempat pemungutan suara.

Hal ini karena disinyalir, kubu Trump-Pence akan mengulang strategi yang berhasil membuat kemenangan empat tahun lalu.  Pada intinya strategi tersebut bertumpu pada penyebaran pesan yang akan membuat pendukung Demokrat enggan untuk mendatangi tempat-tempat pemungutan suara.  Pesan-pesan 'tersembunyi' tersebut di sebar di facebook dan media sosial lain dengan meggunakan algoritme komplek sehingga tiap segmen sasaran akan mendapat pesan yang berbeda.

Jadi menurut Anda siapakan yang akan menjadi pemenang pemilu kali ini? Apakah Anda setuju dengan pilihan Profesor Allan Lichtman yang memprediksi Joe Biden-Kamala Harris pemenangnya (dengan catatan tidak ada campur tangan hacker Rusia atau China)?  Atau anda setuju dengan pilihan Tupai ChrisChris yang menjagokan Trump-Pence?

Comments

Popular Posts